Perayaan Perlawanan Ekonomi

- Penulis

Senin, 13 Oktober 2025 - 21:41

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Spread the love

Medan, Majalahjakarta.com – Merasakan jeda. Tetapi jeda ini terlalu panjang. Terlebih, rintik hujan tak henti-henti. Kami terjebak limbo di Bandara Kualanamu, Medan. Aku hendak menghadiri temu ekonom muda dalam perayaan perlawanan.

Apa yang dilawan? Dua projek besar: denasionalisasi dan deindonesianisasi. Tentu saja ini kerja raksasa. Lebih tepatnya, kerja peradaban. Dan, dalam perayaan itu harus ditegaskan “tidak tergantung pada kemenangan dan kursi.”

Tentu, karena hidup keren bisa dinikmati dan dirayakan tanpa harus jual diri. Tanpa harus menjilat dan menghamba; tidak wajib merubah merdeka jadi budak dan gedibal.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ini semua berkebalikan dengan penyembah kursi, hamba kuasa. Merekalah yang selama 50 tahun dilakukan oleh para ekonom neoliberalis di seputar istana: Bappenas, Kemenkeu dan Bank Indonesia.

Mereka yang membuat indonesia jadi negara predator. Negara (elite) yang menggunakan kekuasaannya untuk mengeksploitasi dan memangsa sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) untuk kepentingan kelompok tertentu.

Di negara predatoris, korupsi, kolusi, nepotisme, dan penyalahgunaan wewenang menjadi tradisi. Defisit akuntabilitas dan bertindak sewenang-wenang tanpa konsekuensi menjadi menu sehari-hari.

Pelanggaran hak asasi manusia (HAM), penindasan terhadap oposisi, pembatasan kebebasan, dan kekerasan terhadap masyarakat sipil jadi kurikulum harian.

Peningkatan kemiskinan, pengangguran dan kesakitan sangat signifikan. Bahkan, penghancuran ketiganya “bukan tujuan.” Kurikulumnya justru pelanggengan. Menjijikkan sekali.

Baca Juga:  Elisabet Kogoya dan Tim Doa Gubernur Jones Mama-Mama Maria Sambut Gubernur Pertama Papua Pegunungan dengan Penuh Doa dan Harapan

Tentu saja, ekonom gelap (neoliberal) tidak bisa menerangi ekonomi Indonesia yang gelap. Kegelapan yang memastikan terciptanya negara predatoris. Sebab, yang bisa menerangi ekonomi gelap hanya ekonom terang (Pancasila).

Setelah bertemu pasukan, perjamuan dan perayaan perlawanan ekonomi, kertas kerja disepakati: sejarah di kita, seidealis apapun orangnya bila ketemu kepentingan diri, keluarga dan genknya, maka banyak yang runtuh jiwanya.

Menghadapi realitas itu, setidaknya kami pilih “mati dengan terhormat.” Agar DNA patriotisme dan jiwa revolusioner tidak punah dan redup di negeri kita ini.

Bila patriotisme punah, yang tersisa hanya hitung-hitungan untung-rugi. Lalu, negeri ini bakal jadi pasar tanpa jiwa, tempat orang saling jual harga diri demi posisi.

Tanpa patriotisme, bangsa cuma nama di peta, bukan rumah tempat tertawa bersama dan kaya bersama: bukan negeri pancasila. Bukan baldah toyyibah. Bukan negeri yang diimpikan para pendirinya.

Menjadi subjek kerja peradaban ini, mari kita kutip nasihat sastrawan besar republik Indonesia, Suryaesa (2025), “idealis yang tak pernah belajar mengalah, akhirnya kalah oleh dirinya sendiri. Tapi, idealis yang bisa menunduk tanpa tunduk—dialah yang benar-benar tegak.”(*)

Yudhie Haryono – CEO Nusantara Centre

Berita Terkait

Air Bersih, Upeti, dan Kekacauan Regulasi: Menguliti Polemik PAM JAYA-PPK Kemayoran
Duit Sitaan Koruptor, Ujian Janji Keadilan
Darurat Kedaulatan Ekonomi Indonesia
Mengurai Mitos Kebal Hukum: Ketika Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran (PPK Kemayoran) Dikatakan “Tak Tersentuh”
Rampas Uang, Tutup Mata Korupsi Negara
Pertumbuhan 5 Persen, Tapi Siapa yang Untung?
Pahlawan atau Pengampunan Politik yang Tertunda
UIN Jakarta Kucurkan Rp2,85 Miliar Beasiswa untuk Dosen dan Tendik: Dorong Kualitas SDM dan Layanan Kampus
Berita ini 18 kali dibaca
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Berita Terkait

Kamis, 6 November 2025 - 04:03

Air Bersih, Upeti, dan Kekacauan Regulasi: Menguliti Polemik PAM JAYA-PPK Kemayoran

Kamis, 6 November 2025 - 03:30

Duit Sitaan Koruptor, Ujian Janji Keadilan

Rabu, 5 November 2025 - 19:27

Darurat Kedaulatan Ekonomi Indonesia

Rabu, 5 November 2025 - 19:03

Mengurai Mitos Kebal Hukum: Ketika Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran (PPK Kemayoran) Dikatakan “Tak Tersentuh”

Rabu, 5 November 2025 - 17:56

Rampas Uang, Tutup Mata Korupsi Negara

Rabu, 5 November 2025 - 17:24

Pahlawan atau Pengampunan Politik yang Tertunda

Selasa, 4 November 2025 - 16:56

Pengamat Hukum Didi Sungkono: Pemimpin yang Ditolak Rakyat Sebaiknya Mundur Secara Ksatria

Selasa, 4 November 2025 - 16:29

UIN Jakarta Kucurkan Rp2,85 Miliar Beasiswa untuk Dosen dan Tendik: Dorong Kualitas SDM dan Layanan Kampus

Berita Terbaru

Hukum

Duit Sitaan Koruptor, Ujian Janji Keadilan

Kamis, 6 Nov 2025 - 03:30

Berita

Darurat Kedaulatan Ekonomi Indonesia

Rabu, 5 Nov 2025 - 19:27

Berita

Rampas Uang, Tutup Mata Korupsi Negara

Rabu, 5 Nov 2025 - 17:56

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x