Resensi Buku: NEOLIBERALISME ITU HEROIN

- Penulis

Minggu, 2 November 2025 - 10:31

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Spread the love

Jakarta, Majalahjakarta.com – Setelah paham. Setelah riset. Setelah sadar. Kita harus berpikir tentang “hidup keren” tanpa ada neoliberalisme. Tentu, agar dapat lebih indah sorgawi dari yang dijalani sampai kini. Jika tidak, kita adalah budaknya budak bangsa-bangsa. Tak sadar, tak belajar.

Bagaimana cara lepas dari petaka neoliberalisme? Adalah menikam mati mereka persis di jantungnya. Lalu, menggantinya dengan pancasilaisme. Tak mudah. Sebab, ia bagai heroin. Membuat candu sambil merusak. Membuat mimpi dan mabuk sampai tak menyadari realitas hakiki.

Kita tahu, heroin (putau) adalah jenis obat golongan narkotika. Ia obat, tetapi disalahgunakan hingga menimbulkan efek halusinasi, menurunnya kesadaran, dan menyebabkan kecanduan serta psikologis yang parah (over dosis).

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Untuk alasan itu, para penulis buku ini membongkar konsep-konsep neoliberalisme: governance, modal sosial dan pembangunan sosial ala neoliberal lainnya, lalu menggugat secara total dan sistematis.

Mereka juga sampai pada kesimpulan bahwa proyek pembangunan sosial adalah “kuda troya” dari ideologi tersebut. Itu semua adalah “narasi tipuan” untuk rakyat agar menerima proyek kolonial tanpa bertanya.

Buku ini terbagi menjadi empat bagian yang saling berhubungan. Pembahasan utamanya adalah proyek neoliberalisme yang sudah lama diterapkan dan melahirkan efek destruktif di mana-mana.

Bagian pertama membahas tentang ekonomi politik governance neoliberal global. Bagian kedua membahas tentang modal sosial sebagai kelanjutan developmentalisme.

Bagian ketiga tentang strategi neoliberal pemerintah melalui masyarakat: program pembangunan sosial Bank Dunia di Indonesia. Dan, bagian keempat tentang pembangunan sosial sebagai kuda troya neoliberal. Ini soal studi kasus Bank Dunia dan Program Pengembangan Kecamatan di Indonesia.

Baca Juga:  Ketika Hacker Lokal Menjaga Jantung Pajak Negara

Membaca lembar demi lembar buku ini, mengingatkanku pada hipotesa B. Herry-Priyono (2009) yang menulis, “Dalam proyek neoliberal, privatitasi dilihat sebagai kondisi akhir yang hendak dicapai. Lugasnya, privatisasi bukan hanya sarana, tetapi tujuan.

Dengan itu bisa dikatakan, tidak setiap privatitasi, liberalisasi, dan deregulasi adalah bentuk neoliberalisme, tetapi neoliberalisme memang punya tujuan agar berbagai bidang kegiatan dalam masyarakat digerakkan oleh motif pengejaran kepentingan diri privat.

Itulah mengapa etos publik, solidaritas sosial, tindakan afirmatif terhadap kelompok yang miskin dan tersingkir adalah omong kosong besar bagi agenda neoliberal.”

Tak ada niat “mengentaskan kemiskinan, menghabisi ketimpangan dan kesenjangan, menghilangkan kebodohan, menghapus kesakitan, memperbaiki kwalitas pendidikan.” Justru mazhab neoliberal bergerak sebaliknya.

Dengan demikian, buku ini harus dibaca oleh siapa pun yang ingin menyelamatkan negara ini dari neoliberalisme yang menjelma jadi kapitalisme global.

Bagi para akademisi ekonomi politik dan administrasi publik, serta aktivis pergerakan, buku ini dapat dijadikan buku penunjang dan referensi. So, mari koleksi.(*)

Judul buku asli: Petaka Neoliberalisme.
Penulis: Massimo De Angelis, Toby Carrol, Tania Murray Li, Ben Fine.
Penerbit: Intrans Publishing Malang.
Kategori: Sosial Politik.
Jumlah halaman: 216+iv.
Tahun terbit: 2016.
ISBN: 978-602-6293-02-2.
Ukuran buku: 14×21 cm.
Bentuk kover: Softcover

Peresensi: Yudhie Haryono – CEO Nusantara Centre

Berita Terkait

Pengadilan Kepercayaan: Hukuman di Tangkai Amanah?
Redenominasi Rupiah: Solusi Atau Bencana Tersembunyi
Pengelolaan Koperasi MTI Diduga Tidak Transparan, Sejumlah Aset Dipertanyakan Anggota
Ledakan di SMA 72 Jakarta: Alarm Keselamatan di Ruang Belajar
Jejak Kelabu di Balik Kilau CPO Nasional
Beton di Atas Nurani: Ketika Pembangunan Kota Menyingkirkan Warganya Sendiri
Sufmi Dasco Ahmad dan Dinamika Kepemimpinan Baru: Dari Parlemen ke Panggung Pilpres 2029
HAKAN Dorong Reformasi UU Kewarganegaraan: Perlindungan Hukum untuk Perkawinan Campuran dan Diaspora Indonesia
Berita ini 11 kali dibaca
4 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Berita Terkait

Sabtu, 8 November 2025 - 20:01

Pengadilan Kepercayaan: Hukuman di Tangkai Amanah?

Sabtu, 8 November 2025 - 19:51

Redenominasi Rupiah: Solusi Atau Bencana Tersembunyi

Sabtu, 8 November 2025 - 07:37

Pengelolaan Koperasi MTI Diduga Tidak Transparan, Sejumlah Aset Dipertanyakan Anggota

Sabtu, 8 November 2025 - 01:36

Ledakan di SMA 72 Jakarta: Alarm Keselamatan di Ruang Belajar

Jumat, 7 November 2025 - 18:33

Beton di Atas Nurani: Ketika Pembangunan Kota Menyingkirkan Warganya Sendiri

Jumat, 7 November 2025 - 17:36

LSM ELANG MAS Minta Kejari Asahan Usut Dugaan Korupsi di MIN 1 Asahan: Transparansi Dana Pendidikan Kembali Dipertanyakan

Jumat, 7 November 2025 - 17:06

Sufmi Dasco Ahmad dan Dinamika Kepemimpinan Baru: Dari Parlemen ke Panggung Pilpres 2029

Jumat, 7 November 2025 - 16:39

HAKAN Dorong Reformasi UU Kewarganegaraan: Perlindungan Hukum untuk Perkawinan Campuran dan Diaspora Indonesia

Berita Terbaru

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x