Surabaya, Majalahjakarta.com – Di tengah kekhawatiran banyak orang tua terhadap anak-anak yang lebih akrab dengan layar gawai dibanding interaksi sosial, Bengkel Muda Surabaya (BMS) menghadirkan alternatif pendidikan karakter yang menyenangkan melalui seni teater.
Lewat pementasan musikal berjudul “Hikayat Anak yang Sombong”, BMS berupaya menanamkan nilai moral, etika, dan empati kepada anak-anak melalui medium panggung yang interaktif dan penuh warna.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pertunjukan ini dijadwalkan berlangsung pada Sabtu dan Minggu, 11–12 Oktober 2025 pukul 19.30 WIB di Gedung Balai Budaya, Kompleks Balai Pemuda Surabaya. Lakon tersebut diadaptasi dari kisah rakyat Sangkuriang, yang dikemas ulang menjadi cerita anak dengan pesan moral universal tentang kesombongan, kasih sayang, dan penghormatan kepada orang tua.
“Pertunjukan ini bukan sekadar hiburan, tetapi ruang belajar tentang moralitas dan empati,” ujar Heroe Budiarto, sutradara sekaligus Ketua Umum BMS. “Kami ingin anak-anak belajar menghormati orang tua dan memahami makna rendah hati.”
Sejak berdiri pada tahun 1972, BMS dikenal sebagai wadah pelatihan seni yang menumbuhkan nilai kebudayaan di kalangan muda. Sejak 2018, lembaga ini membuka kelas teater anak dengan dukungan Pemerintah Kota Surabaya, sebagai bagian dari upaya pendidikan karakter nonformal berbasis seni.
Melalui program ini, anak-anak dilatih bukan hanya untuk tampil di atas panggung, tetapi juga menanamkan sikap kerja sama, kejujuran, dan tanggung jawab.
“Kami ingin anak-anak merasakan nilai kebersamaan dan kegembiraan sejati,” tambah Heroe.
Pementasan kali ini dikemas dengan nuansa lokal: menghadirkan permainan tradisional seperti sepur-sepuran serta lagu dolanan berbalas yang membangkitkan kenangan masa kecil. Suasana sederhana khas masa lalu dihidupkan kembali di tengah kehidupan modern.
Sempat tertunda karena insiden kerusuhan di sekitar Balai Pemuda pada akhir Agustus lalu, pementasan ini justru menjadi simbol semangat baru bagi anak-anak peserta. Mereka tetap berlatih dengan antusias dan belajar tentang keteguhan hati menghadapi tantangan.
Menurut Ndindy Indiyati, Manajer Produksi BMS, teater anak memiliki peran penting dalam menjaga nilai-nilai budaya dan membangun kepercayaan diri generasi muda.
“Teater anak tidak hanya menumbuhkan rasa percaya diri, tapi juga menjaga warisan budaya dari kepunahan,” ujarnya.
Dengan alur cerita yang sederhana, musik yang ceria, dan pesan moral yang kuat, “Hikayat Anak yang Sombong” menjadi bukti bahwa pendidikan karakter tidak harus diajarkan melalui buku pelajaran. Nilai-nilai luhur justru bisa tumbuh dari tawa, nyanyian, dan dongeng di atas panggung. (Redho)

















